AS dan Indonesia Sepakati Perjanjian Perdagangan Timbal Balik untuk Perkuat Hubungan Ekonomi

Table of Contents
AS dan Indonesia Sepakati Perjanjian Perdagangan Timbal Balik untuk Perkuat Hubungan Ekonomi

Amerika Serikat dan Indonesia telah mencapai kesepakatan kerangka kerja untuk merundingkan sebuah Perjanjian Perdagangan Timbal Balik (Agreement on Reciprocal Trade). Kesepakatan ini, diumumkan langsung oleh Presiden AS Donald Trump, bertujuan memperkuat hubungan ekonomi bilateral kedua negara dan merupakan perluasan dari kerja sama perdagangan yang telah berlangsung sejak 1996 melalui Trade and Investment Framework Agreement (TIFA).

Kesepakatan ini berfokus pada pengurangan hambatan tarif dan nontarif. Indonesia akan menghapus sekitar 99 persen hambatan tarif untuk berbagai produk AS, termasuk barang industri, makanan, dan pertanian, sebagai imbalannya AS akan memangkas tarif terhadap produk Indonesia hingga 19 persen, dengan kemungkinan pengurangan lebih lanjut untuk komoditas yang tidak diproduksi di dalam negeri. Kedua negara juga akan merundingkan aturan asal barang dan mengatasi hambatan nontarif seperti persyaratan konten lokal dan sertifikasi produk.

Indonesia berkomitmen untuk menyederhanakan regulasi impor, termasuk membebaskan produk pangan dan pertanian AS dari perizinan impor dan memberikan status tetap Fresh Food of Plant Origin (FFPO) untuk produk tanaman AS. Di sektor digital, Indonesia akan menjamin transfer data lintas negara, menghapus tarif produk digital, dan mendukung moratorium bea masuk atas transmisi elektronik di WTO. Indonesia juga akan merevisi aturan jasa dan mengajukan komitmen baru ke WTO.

Komitmen Indonesia juga mencakup peningkatan perlindungan buruh dan lingkungan, melarang impor barang hasil kerja paksa, memperkuat hak serikat pekerja, dan menegakkan hukum lingkungan. Pembatasan ekspor komoditas industri seperti mineral penting ke AS juga akan dihapus. Kerja sama keamanan dan pengendalian ekspor untuk rantai pasok yang tangguh dan inovatif, serta melawan praktik perdagangan tidak adil juga akan diperkuat.

Selain kesepakatan pemerintah, terdapat pula rencana kerja sama bisnis yang signifikan, termasuk pengadaan pesawat senilai USD 3,2 miliar, pembelian produk pertanian (kedelai dan kapas) sebesar USD 4,5 miliar, dan pembelian produk energi (minyak dan gas) senilai USD 15 miliar.

sumber : indonewstoday

Posting Komentar